Minggu, 27 Oktober 2019

Ciri Ciri Adab Seorang Muslim


Pict/sumberpngertian.id
Akhlaq (budi pekerti) dan adab (tatakrama) adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam menaruh perhatian yang sangat tinggi akan dua hal ini. Tidak mengherankan jika para ulama dahulu menasehati para penuntut ilmu untuk belajar adab sebelum belajar yang lainnya. Seorang muslim hendaknya selalu menjaga adab dan menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dalam berinteraksi dengan siapapun. Akhlaq yang mulia menjadi tolok ukur kebaikan seseorang. Rasulullah bersabda
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya diantara yang terbaik dari kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR Bukhari no. 3559 dan Muslim no. 2321).

Secara umum kalau dilihat dari objeknya maka adab seorang muslim dapat dibagi menjadi:
– adab terhadap sang Khaliq,
– adab terhadap RasulNya,
– adab terhadap diri sendiri,
– adab terhadap makhluq yang lain (orang tua, anak, kerabat, tetangga, sesama muslim, non-muslim dan adab terhadap makhluq lainnya).

1. Adab kepada Al Khaliq
Adab yang paling utama untuk kita jaga adalah adab kepada Al Khaliq, yaitu Allah yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta. Sungguh aneh jika seseorang menjaga adab dengan sesama makhluq tetapi dia tidak peduli dengan adabnya terhadap Dzat yang telah menciptakan dirinya. Berikut ini diantara adab kepada Allah:

a) Mensyukuri nikmatNya.
Allah telah memberi kita berbagai kenikmatan maka sudah selayaknya kita mensyukurinya, ini adalah bagian dari adab. Allah berfirman,
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
“Dan apa saja ni’mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)

b) Menjalankan syariatNya
Allah yang telah menciptakan kita dan Dia yang Maha Mengetahui akan kebaikan bagi kita maka sudah semestinya kita mengikuti aturan atau syariatNya. Tidak boleh menolak sedikitpun syariat yang telah diturunkanNya karena itu termasuk su’ul adab (adab yang jelek) pada Allah ta’ala. Sama saja menolak karena ingkar, sombong, ataupun karena menyepelekan.

c) Malu berbuat maksiat
Allah Maha Mengetahui dan selalu mengawasi apa yang kita lakukan maka sudah selayaknya kita malu berbuat maksiat kepadaNya. Malu untuk melalaikan ketaatan kepadaNya. Allah berfirman,
وَاللّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.” (QS. An Nahl: 19)

d) Bersandar pada Allah dan mengharap rahmatNya
Allah Maha Mampu atas segala sesuatu dan Dia Maha Penyayang atas seluruh makhluqNya. Sudah semestinya kita bersandar kepadaNya dan mengharap rahmatNya. Allah berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raf: 156)

e) Takut kepada adzabNya
Allah adalah Dzat yang Maha Perkasa dan berat siksaNya, sedang manusia adalah makhluq yang lemah. Maka sudah sepantasnya kita takut akan adzabNya dengan berusaha semaksimal mungkin menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِ اللّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو انتِقَامٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat. dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 4)

f) Berhusnudzan pada Allah dan sabar terhadap takdirNya
Allah mentakdirkan segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan hikmahNya. Allah menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian bagi manusia. Hendaknya kita bersabar atas apa yang Allah takdirkan dan selalu husnudzan padaNya. Barangsiapa beriman dan beramal shaleh Allah pasti akan memberi balasan terbaik baik di dunia maupun di akhirat, dan kita harus yakin akan janji Allah tersebut.
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)

g) Beradab terhadap Al Qur’an
Termasuk bagian dari adab terhadap Allah adalah beradab terhadap firmanNya, yaitu Al Qur’an. Kita baca, tadaburi dan amalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. Kita benarkan berita yang terkandung di dalamnya. Allah ta’ala adalah Dzat yang paling benar perkataanNya maka wajib bagi setiap muslim membenarkan dan yakin dengan segala yang diberitakan Allah baik dalam al Qur’an ataupun lewat rasulNya. Termasuk su’ul adab (adab yang jelek) jika mendustakan atau ragu dengan apa yang Allah kabarkan.
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ حَدِيثاً
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS. an Nisa: 87)

2. Adab terhadap RasulNya
Nabi Muhammad diutus sebagai rasul yang terakhir dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah mengutus beliau untuk mengajarkan petunjuk bagi manusia agar bahagia dunia akhirat. Allah juga mewajibkan manusia untuk mencintai dan mentaati beliau. Maka sudah selayaknya kita beradab pada beliau shallallahu alaihi wasallam. Allah juga mengajarkan beberapa adab terhadap beliau sebagaimana dalam surat Al Hujurat ayat 1-4. Diantara bentuk adab terhadap beliau:

a) Mentaati perintahnya.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad: 33)

b) Mencintainya
Rasulullah bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicitainya dari anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 15)

c) Loyal terhadapnya dan terhadap orang yang mengikuti ajarannya serta berlepas diri dari orang-orang yang memusuhinya atau memusuhi ajarannya.

d) Mengagungkan beliau sesuai pengangungan yang semestinya dan bersalawat saat namanya disebut.

e) Membenarkan berita yang beliau sampaikan.

f) Menghidupkan sunnahnya dalam seluruh sendi kehidupan.

3. Adab terhadap diri sendiri
Salah satu kunci utama mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan beradab terhadap diri sendiri, mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan memperbaiki kekurangan yang ada. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams: 9-10). Setiap muslim hendaknya selalu berusaha menjaga ketaqwaan dirinya dan melakukan yang terbaik baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Rasulullah bersabda,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertaqwalah kepada Allah dimana pun kamu berada, ikutilah setiap perbuatan jelek dengan kebaikan (pasti akan) menghapusnya dan bergaulah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987)

Berikut ini diantara tahapan memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas kehidupan kita:

a) Taubat
Yaitu dengan menyesali dan meninggalkan seluruh dosa dan kesalahan yang telah lalu. Taubat adalah sebab keberuntungan yang paling utama karena dengannya seseorang menyadari kesalahan dan kekurangan dirinya dan kemudian melakukan perbaikan. Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

b) Muraqabah
Merasa selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga berhati-hati dalam berbuat dan beramal. Orang yang menghadirkan pada dirinya muraqabatullah (adanya pengawasan dari Allah) akan menjadi orang yang muhsin (yang selalu berusaha melakukan kebaikan) dan ini adalah derajat agama atau keislaman yang paling tinggi. Allah berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun muhsin (mengerjakan kebaikan), dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang lurus.” (QS. An Nisa’: 125)

c) Muhasabah
Selalu mengevaluasi dengan apa yang telah dilakukan karena yang namanya manusia tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Apakah kita telah melakukan segala sesuatu dengan semestinya? Baik itu dalam urusan dunia terlebih lagi dalam urusan akhirat. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. AL Hasyr: 18)

d) Mujahadah
Selalu bersungguh-sungguh dan mengupayakan yang terbaik dalam segala hal. Termasuk bermujahadah dalam mengalahkan nafsu diri kita sendiri karena itu adalah musuh yang paling berbahaya. Orang yang selalu bersungguh-sungguh maka Allah akan bukakan jalan-jalan kebaikan baginya. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al Ankabut: 69)

4. Adab sesama makhluq
Adab sesama makhluq meliputi adab terhadap orang tua, anak, pasangan suami/istri, saudara, kerabat, tetangga, sesama muslim dan juga adab terhadap non-muslim. Bahkan juga ada terhadap mahluq Allah yang lainnya seperti hewan-hewan.

– Adab kepada orang tua
Hak kedua orang tua atas diri kita sangat besar karena lewat mereka kita ada di dunia ini. Mereka yang merawat kita dengan penuh kepayahan sampai bisa mandiri. Allah pun mewajibkan setiap muslim untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Maka sudah selayaknya beradab dengan sebaik-baiknya kepada kedua orang tua kita, diantaranya dengan hal-hal berikut:

a) Mentaati mereka selama bukan dalam hal maksiat.
b) Menghormati dan memuliakan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Jangan pernah berbuat atau berkata kasar kepada keduanya karena itu dosa besar.
c) Berbakti kepada keduanya dengan semaksimal mungkin seperti dengan melayani dan mencukupi kebutuhan mereka.
d) Mendoakan mereka, menjaga kerhormatan keduanya, serta menyambung silaturahmi dengan kerabat dan orang-orang terdekat mereka.

– Adab kepada anak
Anak juga memiliki hak dari orang tuanya seperti nafkah, kasih sayang dan pendidikan yang layak. Orang tua harus beradab yang baik kepada anak-anak mereka karena itu bagian dari kasih sayang dan keteladanan. Mulai sejak lahir dipilihkan nama yang terbaik, diaqiqahi kemudian dididik sampai dewasa dan bisa mandiri. Bahkan jauh sebelum, hendaknya memilih pasangan hidup (calon suami/istri) yang baik agar kelak bisa maksimal dalam mendidik anak. Orang tua harus mengarahkan anak-anak mereka untuk menjalankan syariat Allah terutama sholat dan menegur jika lalai. sabda Rasulullah, “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika melalaikannya) dalam usia sepuluh tahun, dan pisahkan diantara mereka dalam tempat tidur” (HR. Ahmad no. 6753, Abu Dawud no. 495, Hakim no. 951, Tirmidzi no. 407 dan Ibnu Khuzaimah no. 1002)

– Adab suami-istri
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga maka suami-istri harus menjaga adab dan menunaikan kewajiban masing-masing. Diantara adab yang harus diperhatikan:

a) Amanah satu dengan yang lainnya, jangan berkhianat baik urusan besar maupun kecil.

b) Menjaga mawaddah wa rahmat (sikap lembut dan kasih sayang) diantara keduanya. Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar Ruum: 21)

c) Memberikan yang terbaik. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya” (HR. Tirmidzi 3904).

d) Menjaga adab-adab yang umum seperti saling menghormati dan menghargai, bersikap dan bertutur kata yang baik. Allah befirman yang artinya, “Dan pergauli mereka secara ma’ruf” (QS. An Nisa: 19)

e) Bagi seorang suami wajib memberikan nafkah baik lahir maupun batin, membimbing untuk menjalankan syariat Allah dan jika memiliki istri lebih dari satu wajib bersikap adil diantara mereka.

f) Wajib bagi seorang istri untuk taat kepada suaminya selama bukan dalam kemaksiatan. Tidak keluar rumah atau safar kecuali atas seizin suami. Mejaga harta dan kehormatan dirinya dan keluarga dengan sebaik-baiknya.

– Adab kepada saudara dan kerabat
Saudara dan kerabat adalah orang yang paling dekat kepada kita secara nasab maka sudah semestinya kita menjaga adab dan memperlakukan mereka dengan baik. Yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang muda dan saling membantu. Allah dalam ayatnya memerintahkan kita untuk silaturahmi dan membantu kaum kerabat. Diantaranya Allah berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisa’: 1)
Allah juga berfirman,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat.” (QS. An Nahl: 90)

– Adab terhadap tetangga
Tetangga memiliki hak yang istimewa karena mereka adalah orang yang terdekat secara tempat tinggal. Islam mengarahkan setiap muslim untuk berbuat baik dan menjaga adab terhadap tetangga. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya” (HR. Muslim no. 74). Diantara adab terhadap tentangga:

a) Tidak mengganggu atau menyakiti. Jika kita diganggu atau disakiti hendaknya bersabar. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya” (HR. Bukhari no 6018 dan Muslim).

b) Berbuat baik terhadap mereka seperti membantu yang membutuhkan, memulai salam, dan menjaga komunikasi. Secara umum orang yang berbuat baik terhadap tentangga akan diperlakukan baik juga oleh tetangganya. Sehingga pada hakikatnya kebaikan akan kembali pada diri kita sendiri.

c) Memuliakan mereka. Jika memungkinkan sesekali memberi hadiah atau minimal memberikan makanan yang kita miliki atau kita masak. Seorang muslim harus peka terhadap tentanggannya. Jangan sampai dirinya serba berkecukupan ternyata tentangga sebelahnya penuh dengan kekurangan. Rasulullah bersabda, “Bukan seorang mukmin orang yang kenyang (penuh kecukupan) sedang tentangganya lapar disisinya.” (HR. Bukhari dalam adabul mufrad)

– Adab sesama muslim
Secara umum setiap muslim memiliki hak atas muslim yang lainnya. Jika hak-hak tersebut dijaga insyaallah akan tercipta suasana ukhuwah islamiah (persaudaraan Islami) dalam masyarakat muslim. Diantara adab seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah:

a) Mengucapkan salam jika bertemu. Jika ada yang mendahului salam maka wajib menjawabnya.
b) Memenuhi undangannya,
c) Menasehati jika diminta atau diperlukan,
d) Mendo’akan “yarhamukallah” jika dia bersin dan memuji allah “Alhamdulillah”,
e) Menjenguk jika sakit,
f) Mengikuti pengurusan jenazahnya jika meninggal seperti mensholati, menguburkan dan lainnya.

Rasulullah bersabda tentang enam hak ini:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟، قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam. Beliau ditanya, apa itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Jika engkau menjumpainya maka ucapkan salam, jika ia mengundangmu maka penuhi, jika minta nasehat maka nasehati, jika dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka jawab yarhamukallah, jika dia sakit maka jenguklah dan jika meninggal maka ikuti (pengurusan) jenazahnya.” (HR. Muslim no 2162)

g) Mencintai kebaikan untuk saudaranya.
Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai sesuatu bagi sendiri” (HR. Bukhari no. 13, Muslim no. 45)

h) Menolong mereka.
Rasulullah bersabda, “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR. Muslim no. 2699).

i) Tidak menganggu atau mendzolimi mereka dalam bentuk apapun baik dalam harta, jiwa maupun kehormatan.
Rasulullah bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR. Muslim no. 2564)

j) Menghindari hal-hal yang dapat merusak ukhuwah seperti saling merendahkan, su’udzan, mencari-cari kesalahan, ghibah dan semisalnya. (Lihat QS. Al Hujurat ayat 11-13)

– Adab pada non muslim
Islam tidak melarang untuk berbuat baik dan berlaku adil bahkan terhadap non muslim sekalipun. Allah berfirman yang artinya, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8). Tidak boleh kita mendzolimi mereka dan bahkan kita diperintahkan untuk membantu mereka untuk hal-hal yang sifatnya umum seperti memberi makan orang yang kelaparan, menolong orang yang dalam bahaya dan lainnya.

– Adab terhadap makhluq yang lain
Agama Islam adalah rahmat untuk seluruh alam. Allah befirman yang artinya, “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Allah mewajibkan berbuat ihsan (yang baik) atas segala sesuatu. Termasuk terhadap hewan dan makhluq lainnya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan yang disembelihnya” (HR. Muslim no. 1955). Rasulullah juga bersabda, “Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih), kasihilah yang ada di bumi nicaya Yang di langit akan mengasihi kalian” (HR Abu Dawud)”



#salambermanfaat


Penulis :
Abu Zakariya Sutrisno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar