Rabu, 20 Desember 2017

Menepis Kabut Ketakutan

" Untuk sukses, keinginan Anda untuk menjadi sukses harus lebih besar dari pada ketakutan Anda terhadap kegagalan"
( Bill Cosply )
Doc.Mt.Sipiso-piso

Barangkali anda tidak menyadari bahwa Anda sering merasa takut. Takut kehilangan pekerjaan, takut pernikahan tidak bertahan, takut anak Anda bergaul dengan orang yang salah.
Ketakutan dan iman seperti tampak tidak sama, tetapi keduanya mempunyai kesamaan. Keduanya minta kita untuk mempercayai sesuatu yang tidak dapat kita lihat.
Iman berkata: percayalah pada hal yang positif. Penyakit itu tidak bersifat permanen. Hanya bersifat sementara
Ketakutan berkata: percayalah pada hal yang negatif. Bisnis sedang merosot, Anda akan jatuh
Jika setiap hari Anda memikirkan ketakutan-ketakutan itu berulang kali, semua itu akan menjadi kenyataan.

Ketakutan ibarat kabut. Ia seperti menutupi keseluruhan jalan, tapi sebenarnya tidak. Ketakutan terasa besar. Ketakutan seperti mengintimidasi. Ia seakan memberitahu Anda: Anda tidak akan pernah sehat, anak Anda tidak akan pernah berubah, keuangan Anda akan sulit.
takala ketakutan datang, balas dan katakan pada ketakutan itu dengan gagah

"Kamu kedengaran mengagumkan.  Kamu kelihatan kuat. Tetapi saya mengetahui yang sebenarnya! Tidak ada yang berarti dalam dirimu. Kamu kelihatan permanen, tetapi saya tahu"

kamu hanya sementara! Segala sesuatu dalam kehidupanku mungkin agak suram, tapi sebentar lagi kehidupanku akan bersinar"

Anda barangkali belum melihat hari-hari yang lebih baik di masa depan, tetapi tak perlu  buang energi untuk terus merasa khawatir. Hubungkanlah diri Anda dengan Tuhan, sumber kekuasaan tertinggi, dan gunakan energi itu untuk mempercayai hal-hal positif.

#salam bermanfaat.

Senin, 18 Desember 2017

Musafir Yang Cerdas

   
Doc.Sie Babalan
                         
Suatu Hari Seorang musafir lewat di suatu kampung. Ia melihat penduduk kampung lagi berkumpul dan ramai sekali. Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar.

Setelah mencari tahu, ternyata penduduk kampung itu lagi membicarakan siapa yang bersedia mau menjadi Ketua Kampung.

Ia menjadi heran, kenapa orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut kebiasaan, orang malah rebutan untuk jadi pemimpin.

Rupanya ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap seorang pemimpin yang telah selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat yang sangat berbahaya.

Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa. Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dengan selamat.

Setelah berfikir sejenak ia menawarkan diri untuk jadi pemimpin di kampung itu.

Tentu saja penduduk kampung menjadi heran sekaligus senang. Dengan penuh yakin ia menandatangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.

Namun musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas.

Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu.

Di tahun pertama dan kedua ia mengumpulkan dana yang sangat besar.

Pada tahun ketiga ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya.

Tahun keempat ia membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa.

Tahun kelima ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan.

Tahun keenam sampai kedelapan  ia menyulap daerah itu menjadi kota yang sangat megah dan membuat istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.

Akhirnya pada tahun kesembilan ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.

Itulah gambaran dunia dan akhirat bagi orang yang sadar.

Ada orang yang merasa cemas akan kematian karena ia membiarkan rumah masa depannya dipenuhi binatang buas dan berbisa. Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi api.

Tapi bila kita persiapkan dengan segala amal shaleh, justru akan membuat kerinduan untuk segera menuju ke sana.

Ia malah merasa asing dan tidak betah di dunia yang fana ini, karena berharap segera menempati kampung nan indah di seberang sana.

Orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan diri untuk kehidupan akherat yang tiada berakhir.

Dan orang yang teramat bodoh adalah orang yang mengorbankan kehidupan yang abadi demi kesenangan di dunia yang hanya sekejap.

 Jadilah orang yang cerdas!

Manfaatkan hari ini untuk menyiapkan sesuatu yang lebih baik buat di sana kelak.

~ Salam Bermanfaat

Selasa, 12 Desember 2017

Puisi Cinta Para Pemilik Cinta

Doc. Nagari Pariangan 



Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

 Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

 Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

 Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

(As-Syahid Sayyid Qutb)