Selasa, 09 Juni 2020

10 Sebab Hadirnya Cinta Kepada ALLAH






Cinta adalah kedudukan yang banyak diperebutkan oleh manusia, bahkan dengan antusiasnya, mereka berlomba-lomba ingin mengetahui hakikatnya.

Dengan semangat ruh cinta lah, para ahli ibadah bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah. Maka cinta adalah makanan hati, nutrisi jiwa, dan penyejuk mata.

Cinta adalah kehidupan, yang jika seseorang diharamkan darinya, niscaya dia termasuk di antara sekian banyak orang yang mati.

Cinta adalah cahaya, yang apabila seseorang kehilangannya, niscaya dia akan berada di laut kegelapan.

Cinta adalah penawar, yang apabila seseorang tidak memilikinya, maka niscaya semua macam penyakit akan singgah di dalam hatinya.

Cinta adalah kelezatan yang apabila seseorang tidak memperolehnya, niscaya hidupnya seluruhnya adalah kesedihan dan kepedihan.

Cinta adalah ruhnya iman, amal perbuatan, segala kedudukan dan keadaan yang apabila musnah darinya, niscaya ia bagaikan tubuh tanpa nyawa di dalamnya.

Cinta adalah kendaraan suatu kaum yang mereka selalu berjalan di atas punggungnya menuju sang kekasih. Dan dia adalah jalan mereka yang sangat kokoh yang mengantarkan mereka menuju rumah-rumah mereka dengan cepat.

Demi Allah, sungguh telah pergi sang pemilik cinta membawa kemulian dunia dan akhirat, di mana ketika bersama kekasih mereka merupakan puncak kesempurnaan. Dan sungguh Allah Subhanahu Wata'ala telah memutuskan dengan kehendak dan hikmahNya yang sempurna bahwa seseorang bersama orang yang dicintainya. Maka cinta merupakan kenikmatan yang sempurna bagi para pecinta.

Adapun di antara sebab-sebab yang dapat menghadirkan cinta seorang hamba kepada Rabbnya dan menghadirkan cinta Rabb kepadanya yaitu:

1. Membaca al-Qur`an dengan mentadabburinya dan memahami makna-maknanya dan maksudnya (tafsirnya).

2. Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata'ala dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah setelah amalan-amalan yang wajib. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang sesuatu yang beliau riwayatkan dari Rabbnya ,

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan hambaKu senantiasa mendekatkan dirinya kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. al-Bukhari).

3. Terus menerus berdzkir kepada Allah Subhanahu Wata'ala dalam setiap kondisi, baik dengan lisan, hati, ataupun dengan perbuatan. Maka besarnya kecintaan seseorang (kepada sesuatu) sebesar dan sebanyak dzikirnya kepadanya. Dan barangsiapa yang mencintai sesuatu, niscaya akan banyak mengingatnya. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman,

“Aku sebagaimana perasangka hambaku kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila dia mengingatKu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dan Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya,

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram.” (QS. ar-Ra’d: 28).

4. Mengutamakan kecintaaan kepada Allah Subhanahu Wata'ala atas kecintaan kepada dirimu sendiri ketika diliputi hawa nafsu, dan mengikuti serta mentaati RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya,

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31).

Telah disebutkan tanda cinta, buah dan manfaatnya, maka tanda cinta (seseorang) kepada Allah Subhanahu Wata'ala adalah mengikuti RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam , sedangkan manfaat dan buahnya adalah kecintaan Allah Subhanahu Wata'ala kepada siapa saja yang mengikutinya (RasulNya). Maka jika tidak ada al-Mutaba’ah (mengikuti RasulNya), ini menunjukkan bahwa cintanya adalah dusta (tidak benar).

5. Menelaah/mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu Wata'ala , mengakui dan mengenalnya serta menelusuri dan menyelaminya di dalam taman-taman pengetahuan (tentangnya). Maka barangsiapa yang mengenal Allah Subhanahu Wata'ala dengan nama-nama dan sifat-sifatNya, serta perbuatan-perbuatanNya pasti dia akan mencintaiNya.

6. Mengakui kebaikan Allah Subhanahu Wata'ala dan nikmat-nikmatNya yang tampak (Zhahir) maupun yang tidak tampak (bathin), karena sesungguhnya hal itu dapat memotivasi seseorang untuk mencintai Allah Subhanahu Wata'ala , dan sungguh hati ini tercipta (fitrahnya) mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.

7. Menundukkan hati sepenuhnya di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala.

8. Berkhalwat (menyendiri untuk beribadah) dengan Allah Subhanahu Wata'ala pada waktu Dia turun di akhir malam untuk bermunajat kepadaNya dan membaca kitabNya (al-Qur`an) kemudian mengakhiri ibadah kepadaNya dengan memohon ampunan dan bertaubat kepadaNya. Karena waktu itu adalah waktu pembagian rampasan perang (keuntungan) dan hadiah-hadiah (dari Allah ), ada yang dapat sedikit, ada yang dapat banyak, dan ada pula yang diharamkan (tidak memperoleh sedikitpun).

9. Berteman/bergaul dengan orang-orang yang mencintai (Allah dan RasulNya ) dan orang-orang yang jujur/ benar (keimanannya), dan mengambil yang terbaik dari buah pembicaraan mereka, dan hendaklah kamu tidak berbicara kecuali benar-benar pembicaraanmu terdapat maslahat dan kamu mengetahui bahwa di dalam ucapanmu terdapat tambahan kebaikan untukmu dan bermanfaat buat orang lain.

10. Menjauhi segala sebab yang dapat menjadi penghalang hati ini dengan Allah Subhanahu Wata'ala.

Di antara sebab-sebab yang sepuluh ini, maka insya Allah sampailah para pecinta kepada lokasi-lokasi cinta dan bertemu dengan sang kekasih. (Abu Nabiel).

#salambermanfaat

Sumber: Diterjemahkan dari kitab, “An-Nuqath al-’Asyru adz-Dzahabiyah”, karya: Syaikh Abdur Rahman bin Ali ad-Dusary.



Minggu, 27 Oktober 2019

Ciri Ciri Adab Seorang Muslim


Pict/sumberpngertian.id
Akhlaq (budi pekerti) dan adab (tatakrama) adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam menaruh perhatian yang sangat tinggi akan dua hal ini. Tidak mengherankan jika para ulama dahulu menasehati para penuntut ilmu untuk belajar adab sebelum belajar yang lainnya. Seorang muslim hendaknya selalu menjaga adab dan menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dalam berinteraksi dengan siapapun. Akhlaq yang mulia menjadi tolok ukur kebaikan seseorang. Rasulullah bersabda
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya diantara yang terbaik dari kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR Bukhari no. 3559 dan Muslim no. 2321).

Secara umum kalau dilihat dari objeknya maka adab seorang muslim dapat dibagi menjadi:
– adab terhadap sang Khaliq,
– adab terhadap RasulNya,
– adab terhadap diri sendiri,
– adab terhadap makhluq yang lain (orang tua, anak, kerabat, tetangga, sesama muslim, non-muslim dan adab terhadap makhluq lainnya).

1. Adab kepada Al Khaliq
Adab yang paling utama untuk kita jaga adalah adab kepada Al Khaliq, yaitu Allah yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta. Sungguh aneh jika seseorang menjaga adab dengan sesama makhluq tetapi dia tidak peduli dengan adabnya terhadap Dzat yang telah menciptakan dirinya. Berikut ini diantara adab kepada Allah:

a) Mensyukuri nikmatNya.
Allah telah memberi kita berbagai kenikmatan maka sudah selayaknya kita mensyukurinya, ini adalah bagian dari adab. Allah berfirman,
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ
“Dan apa saja ni’mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)

b) Menjalankan syariatNya
Allah yang telah menciptakan kita dan Dia yang Maha Mengetahui akan kebaikan bagi kita maka sudah semestinya kita mengikuti aturan atau syariatNya. Tidak boleh menolak sedikitpun syariat yang telah diturunkanNya karena itu termasuk su’ul adab (adab yang jelek) pada Allah ta’ala. Sama saja menolak karena ingkar, sombong, ataupun karena menyepelekan.

c) Malu berbuat maksiat
Allah Maha Mengetahui dan selalu mengawasi apa yang kita lakukan maka sudah selayaknya kita malu berbuat maksiat kepadaNya. Malu untuk melalaikan ketaatan kepadaNya. Allah berfirman,
وَاللّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.” (QS. An Nahl: 19)

d) Bersandar pada Allah dan mengharap rahmatNya
Allah Maha Mampu atas segala sesuatu dan Dia Maha Penyayang atas seluruh makhluqNya. Sudah semestinya kita bersandar kepadaNya dan mengharap rahmatNya. Allah berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raf: 156)

e) Takut kepada adzabNya
Allah adalah Dzat yang Maha Perkasa dan berat siksaNya, sedang manusia adalah makhluq yang lemah. Maka sudah sepantasnya kita takut akan adzabNya dengan berusaha semaksimal mungkin menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِ اللّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو انتِقَامٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat. dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 4)

f) Berhusnudzan pada Allah dan sabar terhadap takdirNya
Allah mentakdirkan segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan hikmahNya. Allah menjadikan kehidupan dunia ini sebagai ujian bagi manusia. Hendaknya kita bersabar atas apa yang Allah takdirkan dan selalu husnudzan padaNya. Barangsiapa beriman dan beramal shaleh Allah pasti akan memberi balasan terbaik baik di dunia maupun di akhirat, dan kita harus yakin akan janji Allah tersebut.
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)

g) Beradab terhadap Al Qur’an
Termasuk bagian dari adab terhadap Allah adalah beradab terhadap firmanNya, yaitu Al Qur’an. Kita baca, tadaburi dan amalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. Kita benarkan berita yang terkandung di dalamnya. Allah ta’ala adalah Dzat yang paling benar perkataanNya maka wajib bagi setiap muslim membenarkan dan yakin dengan segala yang diberitakan Allah baik dalam al Qur’an ataupun lewat rasulNya. Termasuk su’ul adab (adab yang jelek) jika mendustakan atau ragu dengan apa yang Allah kabarkan.
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ حَدِيثاً
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS. an Nisa: 87)

2. Adab terhadap RasulNya
Nabi Muhammad diutus sebagai rasul yang terakhir dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah mengutus beliau untuk mengajarkan petunjuk bagi manusia agar bahagia dunia akhirat. Allah juga mewajibkan manusia untuk mencintai dan mentaati beliau. Maka sudah selayaknya kita beradab pada beliau shallallahu alaihi wasallam. Allah juga mengajarkan beberapa adab terhadap beliau sebagaimana dalam surat Al Hujurat ayat 1-4. Diantara bentuk adab terhadap beliau:

a) Mentaati perintahnya.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad: 33)

b) Mencintainya
Rasulullah bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai aku lebih dicitainya dari anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 15)

c) Loyal terhadapnya dan terhadap orang yang mengikuti ajarannya serta berlepas diri dari orang-orang yang memusuhinya atau memusuhi ajarannya.

d) Mengagungkan beliau sesuai pengangungan yang semestinya dan bersalawat saat namanya disebut.

e) Membenarkan berita yang beliau sampaikan.

f) Menghidupkan sunnahnya dalam seluruh sendi kehidupan.

3. Adab terhadap diri sendiri
Salah satu kunci utama mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan beradab terhadap diri sendiri, mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan memperbaiki kekurangan yang ada. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams: 9-10). Setiap muslim hendaknya selalu berusaha menjaga ketaqwaan dirinya dan melakukan yang terbaik baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Rasulullah bersabda,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertaqwalah kepada Allah dimana pun kamu berada, ikutilah setiap perbuatan jelek dengan kebaikan (pasti akan) menghapusnya dan bergaulah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987)

Berikut ini diantara tahapan memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas kehidupan kita:

a) Taubat
Yaitu dengan menyesali dan meninggalkan seluruh dosa dan kesalahan yang telah lalu. Taubat adalah sebab keberuntungan yang paling utama karena dengannya seseorang menyadari kesalahan dan kekurangan dirinya dan kemudian melakukan perbaikan. Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

b) Muraqabah
Merasa selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga berhati-hati dalam berbuat dan beramal. Orang yang menghadirkan pada dirinya muraqabatullah (adanya pengawasan dari Allah) akan menjadi orang yang muhsin (yang selalu berusaha melakukan kebaikan) dan ini adalah derajat agama atau keislaman yang paling tinggi. Allah berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun muhsin (mengerjakan kebaikan), dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang lurus.” (QS. An Nisa’: 125)

c) Muhasabah
Selalu mengevaluasi dengan apa yang telah dilakukan karena yang namanya manusia tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Apakah kita telah melakukan segala sesuatu dengan semestinya? Baik itu dalam urusan dunia terlebih lagi dalam urusan akhirat. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. AL Hasyr: 18)

d) Mujahadah
Selalu bersungguh-sungguh dan mengupayakan yang terbaik dalam segala hal. Termasuk bermujahadah dalam mengalahkan nafsu diri kita sendiri karena itu adalah musuh yang paling berbahaya. Orang yang selalu bersungguh-sungguh maka Allah akan bukakan jalan-jalan kebaikan baginya. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al Ankabut: 69)

4. Adab sesama makhluq
Adab sesama makhluq meliputi adab terhadap orang tua, anak, pasangan suami/istri, saudara, kerabat, tetangga, sesama muslim dan juga adab terhadap non-muslim. Bahkan juga ada terhadap mahluq Allah yang lainnya seperti hewan-hewan.

– Adab kepada orang tua
Hak kedua orang tua atas diri kita sangat besar karena lewat mereka kita ada di dunia ini. Mereka yang merawat kita dengan penuh kepayahan sampai bisa mandiri. Allah pun mewajibkan setiap muslim untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Maka sudah selayaknya beradab dengan sebaik-baiknya kepada kedua orang tua kita, diantaranya dengan hal-hal berikut:

a) Mentaati mereka selama bukan dalam hal maksiat.
b) Menghormati dan memuliakan mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan. Jangan pernah berbuat atau berkata kasar kepada keduanya karena itu dosa besar.
c) Berbakti kepada keduanya dengan semaksimal mungkin seperti dengan melayani dan mencukupi kebutuhan mereka.
d) Mendoakan mereka, menjaga kerhormatan keduanya, serta menyambung silaturahmi dengan kerabat dan orang-orang terdekat mereka.

– Adab kepada anak
Anak juga memiliki hak dari orang tuanya seperti nafkah, kasih sayang dan pendidikan yang layak. Orang tua harus beradab yang baik kepada anak-anak mereka karena itu bagian dari kasih sayang dan keteladanan. Mulai sejak lahir dipilihkan nama yang terbaik, diaqiqahi kemudian dididik sampai dewasa dan bisa mandiri. Bahkan jauh sebelum, hendaknya memilih pasangan hidup (calon suami/istri) yang baik agar kelak bisa maksimal dalam mendidik anak. Orang tua harus mengarahkan anak-anak mereka untuk menjalankan syariat Allah terutama sholat dan menegur jika lalai. sabda Rasulullah, “Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika melalaikannya) dalam usia sepuluh tahun, dan pisahkan diantara mereka dalam tempat tidur” (HR. Ahmad no. 6753, Abu Dawud no. 495, Hakim no. 951, Tirmidzi no. 407 dan Ibnu Khuzaimah no. 1002)

– Adab suami-istri
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga maka suami-istri harus menjaga adab dan menunaikan kewajiban masing-masing. Diantara adab yang harus diperhatikan:

a) Amanah satu dengan yang lainnya, jangan berkhianat baik urusan besar maupun kecil.

b) Menjaga mawaddah wa rahmat (sikap lembut dan kasih sayang) diantara keduanya. Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar Ruum: 21)

c) Memberikan yang terbaik. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya” (HR. Tirmidzi 3904).

d) Menjaga adab-adab yang umum seperti saling menghormati dan menghargai, bersikap dan bertutur kata yang baik. Allah befirman yang artinya, “Dan pergauli mereka secara ma’ruf” (QS. An Nisa: 19)

e) Bagi seorang suami wajib memberikan nafkah baik lahir maupun batin, membimbing untuk menjalankan syariat Allah dan jika memiliki istri lebih dari satu wajib bersikap adil diantara mereka.

f) Wajib bagi seorang istri untuk taat kepada suaminya selama bukan dalam kemaksiatan. Tidak keluar rumah atau safar kecuali atas seizin suami. Mejaga harta dan kehormatan dirinya dan keluarga dengan sebaik-baiknya.

– Adab kepada saudara dan kerabat
Saudara dan kerabat adalah orang yang paling dekat kepada kita secara nasab maka sudah semestinya kita menjaga adab dan memperlakukan mereka dengan baik. Yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi yang muda dan saling membantu. Allah dalam ayatnya memerintahkan kita untuk silaturahmi dan membantu kaum kerabat. Diantaranya Allah berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An Nisa’: 1)
Allah juga berfirman,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat.” (QS. An Nahl: 90)

– Adab terhadap tetangga
Tetangga memiliki hak yang istimewa karena mereka adalah orang yang terdekat secara tempat tinggal. Islam mengarahkan setiap muslim untuk berbuat baik dan menjaga adab terhadap tetangga. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya” (HR. Muslim no. 74). Diantara adab terhadap tentangga:

a) Tidak mengganggu atau menyakiti. Jika kita diganggu atau disakiti hendaknya bersabar. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya” (HR. Bukhari no 6018 dan Muslim).

b) Berbuat baik terhadap mereka seperti membantu yang membutuhkan, memulai salam, dan menjaga komunikasi. Secara umum orang yang berbuat baik terhadap tentangga akan diperlakukan baik juga oleh tetangganya. Sehingga pada hakikatnya kebaikan akan kembali pada diri kita sendiri.

c) Memuliakan mereka. Jika memungkinkan sesekali memberi hadiah atau minimal memberikan makanan yang kita miliki atau kita masak. Seorang muslim harus peka terhadap tentanggannya. Jangan sampai dirinya serba berkecukupan ternyata tentangga sebelahnya penuh dengan kekurangan. Rasulullah bersabda, “Bukan seorang mukmin orang yang kenyang (penuh kecukupan) sedang tentangganya lapar disisinya.” (HR. Bukhari dalam adabul mufrad)

– Adab sesama muslim
Secara umum setiap muslim memiliki hak atas muslim yang lainnya. Jika hak-hak tersebut dijaga insyaallah akan tercipta suasana ukhuwah islamiah (persaudaraan Islami) dalam masyarakat muslim. Diantara adab seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah:

a) Mengucapkan salam jika bertemu. Jika ada yang mendahului salam maka wajib menjawabnya.
b) Memenuhi undangannya,
c) Menasehati jika diminta atau diperlukan,
d) Mendo’akan “yarhamukallah” jika dia bersin dan memuji allah “Alhamdulillah”,
e) Menjenguk jika sakit,
f) Mengikuti pengurusan jenazahnya jika meninggal seperti mensholati, menguburkan dan lainnya.

Rasulullah bersabda tentang enam hak ini:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟، قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam. Beliau ditanya, apa itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Jika engkau menjumpainya maka ucapkan salam, jika ia mengundangmu maka penuhi, jika minta nasehat maka nasehati, jika dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka jawab yarhamukallah, jika dia sakit maka jenguklah dan jika meninggal maka ikuti (pengurusan) jenazahnya.” (HR. Muslim no 2162)

g) Mencintai kebaikan untuk saudaranya.
Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai sesuatu bagi sendiri” (HR. Bukhari no. 13, Muslim no. 45)

h) Menolong mereka.
Rasulullah bersabda, “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR. Muslim no. 2699).

i) Tidak menganggu atau mendzolimi mereka dalam bentuk apapun baik dalam harta, jiwa maupun kehormatan.
Rasulullah bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR. Muslim no. 2564)

j) Menghindari hal-hal yang dapat merusak ukhuwah seperti saling merendahkan, su’udzan, mencari-cari kesalahan, ghibah dan semisalnya. (Lihat QS. Al Hujurat ayat 11-13)

– Adab pada non muslim
Islam tidak melarang untuk berbuat baik dan berlaku adil bahkan terhadap non muslim sekalipun. Allah berfirman yang artinya, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8). Tidak boleh kita mendzolimi mereka dan bahkan kita diperintahkan untuk membantu mereka untuk hal-hal yang sifatnya umum seperti memberi makan orang yang kelaparan, menolong orang yang dalam bahaya dan lainnya.

– Adab terhadap makhluq yang lain
Agama Islam adalah rahmat untuk seluruh alam. Allah befirman yang artinya, “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Allah mewajibkan berbuat ihsan (yang baik) atas segala sesuatu. Termasuk terhadap hewan dan makhluq lainnya. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan yang disembelihnya” (HR. Muslim no. 1955). Rasulullah juga bersabda, “Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih), kasihilah yang ada di bumi nicaya Yang di langit akan mengasihi kalian” (HR Abu Dawud)”



#salambermanfaat


Penulis :
Abu Zakariya Sutrisno

Sabtu, 26 Oktober 2019

Adab Adab Hati

Pict/pexels.com/Rakicevic nenad



ADAB ADAB HATI
Ridho Prawira

Setiap anggota tubuh manusia diciptakan untuk fungsinya masing-masing. Bila ada yang rusak, maka kerja dan fungsinya akan terganggu, atau tidak berfungsi sama sekali. Bila mata rusak, penglihatan pun terganggu, atau menjadi buta. Begitu pula dengan anggota lainnya, misalnya mulut, hitung, telinga dan lain sebagainya.

    Termasuk pula bila seseorang terserang penyakit hati. Bila hati terjangkit penyakit maksiat, penyakit yang menjauhkannya dari Allâh Azza wa Jalla, maka hati tidak bisa menjalankan fungsi kerjanya. Ia tidak bisa menghadirkan amalan-amalan untuk ibadah kepada-Nya. Ia akan jauh dari mengenal Allâh Azza wa Jalla .

   Penyakit hati adalah penyakit yang sangat berbahaya, dan terkadang si penderita tidak bisa merasakannya. Kalaupun ia merasakannya, namun susah baginya untuk bersabar dalam mengobatinya. Karena obat sakit hati adalah dengan melawan hawa nafsunya. Dan ini hal yang memerlukan pengorbanan besar.

    Memang hati adalah poros kebahagiaan sekaligus sumber kebinasaannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Penyakit hati itu sungguh berbahaya. Karena dampaknya sangatlah buruk, Maka dari itu, pentinglah kita ketahui apa saja penyakit hati itu, agar kemudian bisa kita cegah. Nah, setidaknya, ada 7 penyakit hati yang lumayan mengerikan
  1. Takabbur/ Sombong
Takabbur/Sombong prakteknya bisa bermacam-macam. Namun intinya sombong itu adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran.
Cth dalam kehiudpan sehari-hari :
  • Merasa lebih baik/cantik/pintar/ dsb / dari orang lain
  • Tidak menerima nasihat orag lain, dll

Beberapa contoh orang-orang sombong yang dimusnahkan oleh Allah diantaranya adalah: Firaun, Raja Namrud, Qarun, dan lain-lain.
  • Fir’aun merasa diri sebagai tuhan – ditenggelamkan di laut merah
  • Kesombongan Raja Namrud yang di binasakan melalui seekor nyamuk

Allah SWT berfirman: 
Janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan (QS al-Isra’ [17]: 37).

Rasullah SAW Bersabda:
" Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya ada sikap sombong meski sebesar biji sawi " ( Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu )

2.  Riya’
Orang yang riya ’ itu dia memperlihatkan suatu amal sholeh kepada sesama manusia.
Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Riya’ ini bisa muncul kapan saja. Bisa saat sebelum beramal, ataupun saat sedang beramal.

" Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti ( perasaan si penerima ) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian." ( Qs. Al-baqarah : 264 )

3.  Ujub
Ujub adalah sikap mengagumi diri sendiri, karena merasa lebih dari yang lain. Berbangga diri gitu.
Mungkin agak mirip dengan takabbur. Namun kalau ujub, belum tentu sambil berkeyakinan menolak kebenaran.
Kalau menurut Imam Al-Ghazali, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh.” Misalnya pada kecantikan/ketampanan, kecerdasan, kelebihan idviudal, keberhasilah usaha, dll.
Rasulullah Saw bersabda, 

“Tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani)

4.  Hasad
Hasad adalah merasa iri dengki pada kenikmatan dan kelebihan orang lain, disertai harapan agar semua itu hilang dari orang lain itu. Baik disertai harapan agar berpindah kepada dirinya, atau pokoknya asal lenyap saja.
Hasad hukumnya haram,baik dalam hal duniawi atau hal agama. Apalagi kalau hasad itu disertai tindakan, perbuatan atau ucapan, langsung atau tidak langsung, agar kenikmatan/kelebihan itu hilang dari pemiliknya.

Hasad ini satu keluarga dengan : Iri Hati. Dengki, Hasut
Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

"Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling menjauhi, dan jangan sebagian kalian membeli di atas pembelian yang lain.  Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.  Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya, enggan membelanya, membohonginya dan menghinanya.  Takwa itu di sini—Rasul menunjuk dada beliau tiga kali. Keburukan paling keterlaluan seseorang adalah ia menghina saudaranya yang Muslim.  Setiap Muslim atas Muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR Muslim dan Ahmad)

5.  Taqtir ( Kikir)
Taqtir itu artinya terlalu pelit/kedekut. Tidak mau mengeluarkan harta, padahal wajib.
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa.
Kikir ini termasuk penyakit hati yang sangat membahayakan. Apalagi kalau semakin banyak orang yang seperti ini, bisa-bisa semasyarakat akan hancur. Lantaran, tiap orang memang punya hak dari orang lain. Kalau itu ditahan, maka kebutuhan orang akan macet. Namun tentu alasan utamanya adalah karena bila kewajiban ditahan, maka Allah akan murka, sehingga sulit bahkan bisa saja mustahil mendapat berkah.
Rasulullah Saw bersabda:
Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut.” (HR. Ahmad)

6.   Panjang angan-angan
Orang yang terlalu panjang angan-angan pun berbahaya. Karena dia mengerahkan segenap tenaganya, waktunya, dan uangnya untuk mengejar keinginan-keinginannya; sembari melalaikan kewajibannya dan malah tak peduli hal-hal yang diharamkan.
Orang seperti itu, seolah-olah atau memang menganggap dirinya tak akan mati, atau matinya masih lama. Sehingga, dia tidak mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari Akhir.
“Orang berakal adalah yang tidak panjang angan-angannya. Karena, siapa saja yang kuat angan-angannya, maka amalnya lemah. Siapa saja yang dijemput ajalnya, maka angan-angannya pun tidak ada gunanya. Orang berakal tidak akan meninggal tanpa bekal; berdebat tanpa hujah dan berbenturan tanpa kekuatan. Dengan akal, jiwa akan hidup; hati akan terang; urusan akan berjalan dan dunia akan berjalan.” 
(Ibn Hayyan al-Basti, Raudhatu al-‘Uqala’ wa Nuzhatu al-Fudhala’)

7.  Khianat
Khianat merupakan sikap tak bertanggungjawab atau mangkir dari amanat atau kepercayaan yang diberikan pada orang tersebut. Khianat umumnya dilakukan dengan kebohongan dan obral janji palsu sekaligus menjadi ciri khas dari orang munafik. Seseorang yang melakukan khianat, akan dibenci masyarakat sekitar dan kemungkinan tidak akan di percaya kembali untuk melaksanakan sebuah tanggung jawab kedepannya.
Khianat ini adalah sifat orang munafik & tanda akhir zaman :

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, " Tanda orang munafik ada tiga yaitu apabila bercerita dia berdusta, apabila berjanji dia menyelisihi janjinya, dan apabila diberi amanah ( kepercayaan ) ia berkhianat". [ HR.Al-Bukhari, No 33,2682,2749,6095 & muslim no.59]

"Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga muncul perkataan keji, kebiasaan berkata keji,memutuskan kerabat, keburukan tetangga, dan sehingga orang yang khianat diberi amanah ( kepercayaan ) sedangkan orang amanah dianggap berkhianat."  [ HR.Ahmad. no.6514, dari Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu anhu.] Hadis ini dihukumi shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah dan Syaikh Syu'aib al-arnauth rahimahullah.


Bagaimana mengatasi penyakit hati ?

1.  Sholat
Allah Ta’ala berfirman :

 Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).


2.   Memperbanyak dzikir
Cara menjaga hati menurut islam yang kedua adalah dengan memperbanyak dzikir. Berdizikir merupakan salah satu ibadah untuk mengingat dan mendekatkan diri dengan Allah Ta’ala
" Orang - orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah - lah hati menjadi tenteram " ( Qs. Ar-Ra'du : 28 )

3.      Membaca Al-Quran
Daripada menghabiskan waktu dengan memikirkan seseorang yang gak jelas statusnya dengan kita, lebih baik kita gunakan saja untuk membaca Al-Quran. Selain bisa menambah pahala, membaca Al-Quran juga akan menenangkan hati.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. 
(QS. Al Anfal : 2)

4.  Tidak Terlalu Banyak Bicara
Bicara terlalu berlebihan akan mengeraskan hati sehingga akan lebih baik untuk bicara seperlunya dan hindari juga seseorang yang terlalu banyak bicara, pembual, tukang bohong, ghibah dan sebagainya. Namun, apabila bicara yang dilakukan adalah tentang kebaikan maka boleh untuk dilakukan seperti contohnya memberikan pelayanan, mengajar atau kegiatan positif lainnya.
" Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." ( HR.Bukhari )

5.   Berkumpul dengan orang-orang baik
Cara menjaga hati menurut islam berikutnya adalah membiasakan diri berkumpul dengan orang-orang baik. Misalnya saja, sering mengikuti majelis ilmu atau kajian-kajian islam. Dengan begitu, akhlak dan perbuatan kita juga perlahan akan ikut baik. Sebaliknya, apabila kita bergaul dengan orang-orang yang akhlaknya buruk (seperti pemabuk, pembunuh dan sejenisnya) maka bukan tak mungkin kita bakal terpengaruh
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“(Agama) seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya.”
(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad).

6.  Berhusnudzon kepada Allah Ta’ala
Hati kita kadangkala menjadi keruh, gelap dan terombang-ambing berkat kurangnya kepercayaan kepada Allah Ta’ala. Disaat hidup terasa sulit, seringkali kita menganggap dunia tidak adil
Anu Huraira berkata, saya mendengar Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Saya  berada  pada  persangkaan  hamba-Ku,  maka  berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya.” ( HR Ahmad).

7.  Menyibukkan diri dengan aktivitas bermanfaat
Sebisa mungkin hindarilah perbuatan melamun sendirian. Melamun itu tidak baik dan bisa mendatangkan bisikan-bisikan syetan. Membuat hati jadi kotor dan pikiran terombang-ambing. Sebaliknya, kita harus bisa menciptakan hari-hari yang produktif. Menyibukkan diri dengan aktivitas yang bermanfaat. Dengan begitu rasa sedih atau galau bisa terlupakan sejena

8.  Silaturahmi
Memperbanyak silaturahmi kepada kerabat dan teman-teman juga bisa melupakan masalah hidup,Jangan menyidiri atau mengurung diri di kamar. Hal itu hanya akan membuat hati semakin sedih. Ujung-ujungnya kita malah melakukan hal-hal yang tidak benar. Maka itu, sebaiknya keluarlah dari rumah. Berkumpullah dengan orang-orang shaleh. Dengan begitu, pikiran juga bisa lebih luas dan terbuka.


9.  Melihat orang-orang dibawah kita
Salah satu penyakit hati yang sering muncul dalam diri kita adalah sikap iri terhadap kenikmatan orang lain. Nah, untuk mengatasinya sebaiknya hindarilah membandingkan hidup kita dengan orang-orang yang lebih kaya atau lebih rupawan atau lebih berkuasa. Sesekali tengoklah kebawah. Dengan begitu, kita bisa bersyukur kepada Allah Ta’ala. Selain itu, kita juga harus sadar bahwa sehat itu kekayaan yang paling berharga dan wajib disyukuri. Tak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur. Sebab hidup saja sudah termasuk anugrah. Jadi jagalah hati untuk senantiasa bersih dan suci.

10.  Perbanyak Sifat Memaafkan
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” ( Qs. Al-A’raf : 199 )
Allah SWT adalah Maha Pemaaf pada hamba-Nya dan tidak perduli seberapa dalam dosa tersebut, apabila hamba-Nya melakukan taubat dengan sungguh sungguh, maka Allah SWT akan membukakan pintu maaf selebar-lebarnya. Sebagai seorang manusia, kita tidak boleh sombong dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain sebelum orang tersebut meminta maaf.

11.  Menjaga ikhlas dan sabar
Salah satu kunci agar hati terjaga dari sifat-sifat tercela, seperti kikir, dendam atau dengki adalah dengan menjaga keikhlasan serta kesabaran.  Segala musibah yang menimpa diri kita semata-mata hanyalah ujian dari Allah Ta’ala. Baik itu masalah jodoh yang tak kian tiba ataupun lainnya. Maka itu, kita harus bisa ikhlas dan bersabar. Ketahuilah bahwa dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan. Allah sudah menjajikan hal tersebut. Dan sikap sabar dapat membawa kita ke jalan lurus serta terhindar dari kemungkaran

       Demikian sedikit tentang penyebab penyakit hati yang singkat ini. Maka berhati-hatilah agar terhindar dari penyakit hati, karena penyakit hati dapat menyebabkan kekafiran. Sebagaimana firman Allah SWT :
" Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kakafiran mereka, disamping kekafirannya ( yang telah ada ) dan mereka mati dalam keadaan kafir." ( Qs. At-Taubah : 125 )


" maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati, yang dengan hati itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga,yang dengan itu mereka dapat mendengan ( menerima kebenaran-Nya ). Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi ialah hati yang ada di dalam dada." 


( Qs. Al - Hajj : 46 )




DOA KETEGUHAN HATI

'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi 'Ala Diinik',
" Wahai dzat yang maha membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamau - Mu "

' Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi 'Ala Ta'atik'
" Wahai dzat yang maha membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas ketaatan kepada-Mu "

Allahumma Musharrifal Quluub, Tsabbit Quluubanaa 'Alaa Tho'atika'
" Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu "

Rabbana Laa Quluubanaa Ba'da Tuziqh Idz Hadaitnaa wa Hab Lana mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal- Wahhaab'
" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karunakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi ( Karunia )
( Qs.Ali Imran : 7 )


#Salambermanfaat









Referensi :

Al-Qarni Aidh.2008.Latahzan, Jangan Bersedih.Jakarta.Qisthipress
Taslim Abdullah.Buku Saku Kiat Praktis Menjaga Hati.Jakarta.Maktabah AlHanif

Senin, 08 Juli 2019

Bedah Buku : " GREAT AT WORK "



Detail Buku :
Judul Buku       : Great at Work 
Penulis               : Morten T. Hansen 
Tahun Terbit    : January 2018
Penerbit             : Simon Schuster


Halo sobat Cendikia. kuy Sharing Sharing, Inspiring!

Kembali lagi, saya hendak berbagi sedikit pengalaman ilmu yang saya dapatkan dari mentor dan diskusi rutin yang saya ikuti berasama Coach Dermawan Aji ( pakar bisnis indonesia ) buat sobat cendikia semua.


Pada kesempatan ini, kita akan membedah buku " Great at Work " , tema ini saya anggap peting bagi kita Millenial khususnya agar kita mamapu menemukan " Bagaimana Performa maksimal, Melakukan Lebih Sedikit, Bekerja Lebih Baik, dan Mencapai Hasil Lebih Banyak dari sesuatu yang kita lakukan" dengan kata lain bagaimana "Efiensi Tindakan"

Mari kita lansung ke pembahasan dalam buku tersebut ;

KEBIASAAN 
MATCHING PASSION WITH PURPOSE

Bekerja sesuai passion - melakukan apa yang dicintai, seringkali disebut sebagai kunci sukses. Sayangnya, pada kenyataannya kita juga banyak melihat orang-orang yang sangat menyukai sesuatu namun tidak menghasilkan apa-apa. Beberapa secara gegabah keluar dari pekerjaannya sebelumnya demi mengejar passionnya. Namun mereka berakhir dengan tidak memiliki pekerjaan apapun di akhirnya.

Menurut Morten Hansen, passion saja tidak cukup. Kita juga perlu memikirkan sisi lainnya: purpose.

Bila passion berarti mengerjakan apa yang kita cintai, maka purpose berarti mengerjakan apa yang orang lain butuhkan.

Bila passion berarti mengerjakan apa yang bermanfaat bagi kita, maka purpose berarti mengerjakan apa yang bermanfaat bagi orang lain.

Bila passion berarti fokus pada diri sendiri, maka purpose berarti fokus pada orang lain.

Mencari pekerjaan atau bisnis yang memenuhi passion dan purpose adalah kunci kesuksesan.

Dalam buku Great at Work, Morten Hansen menyebutkan ada 6 macam passion : 

1. Intrinsic Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena saya menikmati mengerjakan tugas-tugas saya setiap hari."

2. Achievement Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena saya menikmati pengalaman mencapai kesuksesan/hasil"

3. Creative Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena saya menikmati proses kreatif di pekerjaan ini"

4. People Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena saya menikmati bekerja dengan berbagai orang"

5. Learning Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena pekerjaan saya memberi peluang belajar dan bertumbuh secara personal maupun profesional"

6. Competence Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena pekerjaan ini memberi saya kesempatan untuk melakukan apa yang terbaik/yang saya bisa setiap hari"

5. Learning Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena pekerjaan saya memberi peluang belajar dan bertumbuh secara personal maupun profesional"

6. Competence Passion - "saya menyukai pekerjaan saya karena pekerjaan ini memberi saya kesempatan untuk melakukan apa yang terbaik/yang saya bisa setiap hari"

Kita tidak perlu memiliki passion di keenam jenis tersebut. Seringkali 2-3 macam passion saja sudah mencukupi (atau bahkan 1 macam passion)

Sementara itu, purpose terdiri dari tiga tingkatan.

1. Berkontribusi pada orang lain dengan menciptakan nilai (dan tidak menyakiti orang lain)

2. Menemukan makna dari aktivitas kita

3. Menciptakan perbedaan dengan misi sosial

Lalu bagaimana jika pekerjaan kita saat ini tidak cocok dengan passion dan purpose kita? Kita bisa lakukan tiga hal berikut.  :

1. Temukan peran baru. Selalu ada peluang di tempat yang sama dengan Anda berada saat ini. Yang Anda perlu lakukan adalah memikirkannya.

2. Perluas definisi passion Anda. Passion tidak hanya terkait dengan kesenangan akan tugas-tugas. Passion bisa muncul dari pencapaian, kreativitas, orang-orang, pembelajaran atau kemampuan.

3. Naiki tingkatan purpose satu per satu. Mulai dari berkontribusi dan tidak menyakiti orang lain, lalu mencoba menemukan makna terkait apa yang Anda lakukan sampai akhirnya Anda bisa melakukan sebuah misi sosial untuk menciptakan perbedaan di dunia ini.


Nah jadi sudah bisa dipahami kan sobat, penting bagi kita tidak hanya melakukan sesuatu hanya dengan " Passion " kita saja, namun kita harus menemukan " Purpose " dalam aktivitas yang kita lakukan, sehingga apa kita lakukan lebih kita cintai,  dan dibutuhkan orang lain sehingga memberikan " manfaat & makna "  bagi kemaslahatan bersama.

~Sekian
#Salambermanfaat