|
Doc. Sei Kepayang Tj.Balai |
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pelacuran sebagai salah
satu contoh bentuk tingkah laku yang bertantangan dengan norma social ataupun
dapat dikatakan sebagai masalah social, namun tidak semua orang menyadari hal
tersebut, banyak yang terjerumus kepada masalah social ini, karena dipengaruhi
oleh factor lingkungan, pergaulan dimasyarakat dan sebagainya.
Dari masalah social
seperti pelacuran ini banyak sekali merugikan masyarakat, terjerumus kedalam
dosa. Maka didalam makalah ini kami langsung menyajikan langsung tentang
masalah social tentang pelacuran. Dimana kita langsung mengetahui secara
langsung apa, mengapa, dimana, dengan siapa, bagaimana yang sebenarnya
pelacuran yang terjadi saat ini.
B.
Tujuan
Tujuan dari kelompok kami melakukan obsevasi tentang pelacuran ini
adalah agar kita tahu bagaimana sebenarnya pelacuran itu, apa penyebabnya,
mengapa, dimana, dengan siapa, permasalahan apa yang terjadi dan apakah sama
dengan teori yang ada dibuku mata kuliah patologi social tentang pelacuran
tersebut. Dan kita juga tahu apa yang seharusnya kita lakukan, dan apa yang
tidak pantas kita lakukan .
C.
Manfaat
Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat melakukan obsevasi ini yaitu kita sebagai mahasiswa menjadi tahu
apa yang seharusnya kita lakukan, dan apa yang tidak, dan kita juga harus
menjauhkan diri kita dari masalah-masalah social agar tidak terjerumus
kedalamnya, dan kita sebagai mahasiswa yaitu sebagai generasi penerus bangsa
harus mampu mengatasi masalah- masalah yang seperti itu agar tidak ada yang
saling merugikan.
Manfaat bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat adalah agar mereka sadar bahwa masalah social
seperti itu adalah hal yang sangat buruk dan agar mereka mencari solusi untuk
itu agar dimasyarakat tercipta hubungan yang harmonis agar tidak ada yang
saling merugikan antara yang satu dengan yang lain.
Manfaat bagi pelaku
Manfaat bagi pelaku adalah agar dia tahu
bahwa apa yang dilakukan nya tersebut sangat menyimpang yang dapat merusak
norma, mengahancurkan dirinya sendiri, merugikan dirinya, keluarganya ataupun
orang-orang disekitarnya. Maka untuk itu perlu perubahan pada dirinya agar dia
sadar bahwa yang dilakukannya tersebut sangat merugikan Negara, merusak
pandangan orang terhadap dirinya.
Bab II
Pembahasan
I.
Teori
Prostitusi
a.
Pengertian
Pelacuran atau Prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit
masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha
pencegahan dan perbaikannya. Pelacuran itu berasal dari bahasa latin pro-stituere
atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan
persundalan, percabulan, pergendakan. Sedang prostitue adalah pelacur
atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau Wanita Tuna Susila. Secara
etimologis prostitusi berasal dari kata prostitutio yang berarti hal menempatkan
dihadapkan, hihadapkan, hal menawar. Adapula yang menghubungkannya dengan kata
prostare yang berarti menjual atau menjajakan (Verkuyl, 1963).
Pengertian pelacuran menurut beberapa ahli, yaitu :
Bonger
(1967)
Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan
dimana wanita menjual diri melakukan
perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencarian. Pada definisi ini jelas
dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri sebagai ”profesi” atau mata pencaharian
sehari-hari, dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual.
Sarjana
P.J de Bruine van Amstel
Prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki
dengan pembayaran
Kartini
Kartono (2007)
- Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola
organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi
dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak
orang (prosmiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang
impersonal tanpa afeksi sifatnya.
- Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan
jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak
orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.
- Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.
b.
Ciri
Ciri Pelacur
- Bersifat mobil, sering
berpindah-pindah dari tempat atau kota lainnya, sering beWanita,
lawan pealacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki)
- Dominan Cantik, ayu, rupawan, manis,
atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks
kaum pria.
- Masih muda-muda. 75 % dari jumlah
pelacur di kota-kota ada dibawah usia 30 tahun. Yang terbanyak ialah 17-25
tahun. Pelacuran
kelas rendahan dan menengah acap kali memperkerjakan gadis-gadis prapuber
berusia 11-15 tahun, yang ditawarkan sebagai “barang baru”
- Pakaian sangat menyolok, beraneka
warna, sering aneh-aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria.
Mereka sangat memperhatikan penampilan lahiriahnya, yaitu : wajah, rambut,
pakaian, alat kosmetik dan parfum yang merangsang
- Berganti-ganti nama agar tidak dikenal banyak orang
- Kebanyakan mereka tidak jelas asal usulnya
c.
Landasan
Hukum
Berkaitan dengan prostitusi
KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu pasal 296 dan pasal 506. Pasal 296
menyatakan 'barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan
cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda
paling banyak lima belas juta rupiah'. Sedangkan pasal 506 menyatakan 'barang siapa
menarik keuntungan dari perbuatan cabul seseorang wanita dan menjadikannya
sebagai pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun.
d.
Faktor-faktor penyebab timbulnya pelacuran
v Pada pihak
wanita :
- Adanya keinginan dan dorongan
manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks, khususnya diluar ikatan
perkawinan.
- Komersialisasi dari seks,
baik di pihak wanita maupun germo-germo dan oknum-oknum
tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks.
- Dekadensi moral, merosotnya norma-norma
susila dan keagamaan pada saat orang mengenyam kesejahteraan hidup.
- Disorganisasi dan
disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah atau ibu lari,
kawin lagi, atau hidup bersama dengan partner lain.
- Adanya ambisi-ambisi besar pada diri wanita untuk mendapatkan
status sosial yang tinggi, dengan jalan yang mudah tanpa kerja berat,
tanpa suatu skill atau keterampilan khusus.
- Gadis-gadis pelayan toko dan pembantu rumah tangga tunduk dan patuh
melayani kebutuhan-kebutuhan seks dari majikannya untuk tetap
mempertahanan pekerjaanya.
- Ajakan taman-teman sekampung/ sekota yang sudah terjun dahulu dalam
dunia pelacuran.
8. Dll.
v Pada pihak
Pria :
1. Nafsu kelamin laki-laki untuk menyalurkan kebutuhan
seks tanpa satu ikatan.
2. Rasa iseng dan ingin mendapatkan pengalaman relasi
seks diluar ikatan perkawinan.Ingin mencari variasi dalam relasi seks.
3. Istri sedang berhalangan haid, mengandung tua atau
lama sekali mengidap penyakit, sehingga tidak mampu melakukan relasi seks.
4. Cacat jasmani, sehingga merasa malu untuk kawin, lalu
menyalurkan kebutuhan-kebutuhan seksnya dengan wanita-wanita pelacur.
5. Tidak mendapatkan kepuasan dalam penyaluran kebutuhan
seks dengan istrinya.
6. Dll.
e.
Fungsi Pelacur
1. Sumber
pelancar dalam dunia business.
2. Sumber ksenangan dari kaum yang harus berpisah dari
istrinya.
3. Sumber
hiburan individu atau kelompok
4. Sumber
pelayanan dan hiburan bagi orang cacat (misalnya pria yang wajahnya buruk,
pincang, abnormal seksualnya dan para penjahat).
f. Bentuk kegiatan atau tingkah laku manusia yang termasuk
dalam bentuk pelacuran
1. Pergundikan
2. Tante
Girang atau loose married woman
3. Gadis-gasis
panggilan
4. Gadis-gadis
Bar atau B-girls
5. Gadis-gadis
juvenline delinquent
6. Penggali
emas atau gold-diggers
7. Hostess
atau pramuria
8. Promiskuitas/promiscuty
g.
Motif-motif
yang melatarbelakangi pelacuran
- Adanya kecendrungan melacurkan diri
pada banyak wanita untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan
mendapatkan kesenangan melalui “jalan pendek”. Kurang pengertian, kurang
pendidikan, dan buta huruf, sehingga menghalalkan pelacuran.
- Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal,
tidak terintgrasi dalam kepribadian, dan keroyalan seks
- Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan,
ada pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
- Aspirasi materil yang tinggi pada
diri wanita dan kesenangan , ketamakan terhadap pakaian-pakaian indah dan
perhiasan mewah.
h.
Akibat-akibat Pelacuran
- Menimbulkan
dan menyebarkan penyakit kelamin dan penyakit kulit. Penyakit kelamin
tersebut adalah sipilis dan gonorrgoe. Keduanya dapat mengakibatkan
penderitanya menjadi epilepsi, kelumpuhan, idiot psikotik yang berjangkit
dalam diri pelakunya dan juga kepada keturunan.
- Merusak
sendi-sendi kehidupan keluarga, sehingga keluarga menjadi berantakan.
- Memberi
pengaruh demoralisasi kepada lingkungan, khususnya remaja dan anak-anak
yang menginjak masa puber.
- Berkorelasi
dengan kriminalitas dan kecanduan minuman keras dan obat terlarang
(narkoba).
- Merusak
sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama.
- Terjadinya
eksploitasi manusia oleh manusia lain yang dilakukan oleh germo, pemeras
dan centeng kepada pelacur.
- Menyebabkan
terjadi disfungsi seksual antaralain : impotensi, anorgasme.
i.
Penanggulangan
Pelacuran
v usaha yang bersifat
preventif
- Penyempurnaan
undang-undang tentang larangan atau pengaturan penyelenggaraan pelacuran.
- Intensifikasi
pendidikan keagamaan dan kerohanian, untuk menginsafkan kembali dan
memperkuat iman terhadap nilai religius serta norma kesusilaan.
- Bagi anak
puber dan remaja ditingkatkan kegiatan seperti olahraga dan rekreasi, agar
mendapatkan kesibukan, sehingga mereka dapat menyalurkan kelebihan energi.
- Memperluas
lapangan kerja bagi kaum wanita disesuaikan dengan kodratnya dan bakatnya,
serta memberikan gaji yang memadahi dan dapat untuk membiayai kebutuhan
hidup.
- Diadakan
pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan dalam kehidupan keluarga.
- Pembentukan
team koordinasi yang terdiri dari beberapa instansi dan mengikutsertakan
masyarakat lokal dalam rangka penanggulangan prostitusi.
- Penyitaan,
buku, majalah, film, dan gambar porno sarana lain yang merangsang nafsu
seks.
v Usaha yang bersifat refresif kuratif
- Melakukan
kontrol yang ketat terhadap kesehatan dan keamanan para pelacur
dilokalisasi.
- Mengadakan
rehabilitasi dan resosialisasi, agar mereka dapat dikembalikan sebagai
anggota masyarakat yang susila. Rehabilitasi dan resosialisasi dilakukan
melalui pendidikan moral dan agama, latihan kerja, pendidikan ketrampilan
dengan tujuan agar mereka menjadi kreatif dan produktif.
- Pembinaan
kepada para WTS sesuai dengan bakat minat masing-masing.
- Menyediakan
lapangan kerja baru bagi mereka yangbersedia meninggalkan profesi pelacur,
dan yang mau memulai hidup susila.
- Mengadakan
pendekatan kepada pihak keluarga dan masyarakat asal pelacur agar mereka
mau menerima kembali mantan wanita tuna susila untuk mengawali hidup
barunya.
- Mencarikan
pasangan hidup yang permanen (suami) bagi para wanita tuna susila untuk
membawa mereka ke jalan yang benar.
- Mengikutsertakan
para wanita WTS untuk berpratisipasi dalam rangka pemerataan penduduk di
tanah air dan perluasan esempatan bagi kaum wanita
II.
Hasil
Observasi Permasalahan Prostitusi di
Kota Medan
Prostitusi
adalah penyakit masyarakat yang
penyebaranya hampir merata di Indonesia,khususnya di kota-kota besar.kali ini
kelompok akan memaparkan hasil observasi mengenai prostitusi itu sendiri terkhusus
praktek prostitusi yang ada di kota
medan.
Adapun salah satu subjek yang dapat
kelompok observasi ialah seorang Pekerja seks komersial yang bernama Duwi(Nama samaran),Duwi
berumur ni saat ini berumur 21 tahun
mengaku telah 3 tahun menjalankan profesi sebagai pekerja seks komersial di
samping kesibukannya sebagai pedagang pakaian di salah satu pajak di kota
medan.
Untuk
lebih jelasnya mari kita lihat hasil wawancara kelompok dengan narasumber ,
Pewawancara : Selamat siang mbak,namanya siapa?
Narasumber : siang juga,nama saya Dwi( mungkin nama
samaran)
Pewawancara : mbak dwi,apakah benar mbak salah seorang
pekerja?
Narasumber : iya,
Pewawancara : Sejak kapan mbak dwi mulai bekerja sebagai
WTS?
Narasumber : Saya sudah 3 tahun bekerja sebagai WTS,
Pewawancara : Selama 3 tahun ini,biasanya dimana
nongkrongnya mbak?
Narasumber : Biasanya saya di Pajak Hongkong atau di
merdeka walk,
Pewawancara : Mengapa mbak dwi berfrofesi sperti ini?
Narasumber : Ya karena Ekonomi, Sebenarnya Saya tidak ingin sbekerja
seperti ini,namun Kondisi ekonomi saya dan keluarga yang
memaksa saya seperti ini,
Pewawancara : Kalau boleh tau bagaimana kondisi keluarga mbak dwi sehingga mbak
terpaksa bekerja seperti ini?
Narasumber : Keluarga saya merupaka keluarga yang
sulit ekonominya,adik saya ada lima
Yang semuanya memiliki kebutuhan untuk sekolah dan memerlukan banyak biaya.di tambah lagi biaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup saya di sini (Medan).
Pewawancara : Apakah hanya karena permasalahan ekonomi
saja mbak melakukan hal ini? Apakah ada faktor lain yang mendorong mbak
untuk melakukan hal ini?
Narasumber : Ya yang utama karena ekonomi keluarga
yang sulit,dsn sekarang mencari pekerjaan itu sulit,di tambah lagi sya
memeiliki tanggung jawab untuk membiayai sekolah adik saya di kampung dan
membantu perekonomian keluarga,
Pewawancara : Tetapi kan mbak sekarang sudah memiliki
pekerjaan?
Narasumber : Pekerjaan saya sebagai buruh dagang di
pajak tidak mencukupi kebutuhan, saya juga kan harus mengirimi uang ke
kampung,jadi dengan hanya menga andalkan pekerjaan saya sekarang itu tidak
mencukupi,
Pewawancara : Apakah ada dorongan lain mbak dalam mbak
melakukan hal ini,seperti ad a nya kebutuhan seks yang tidak biasa?
Narasumber : Awalnya Kalau kebutuhan seks yang
berlebih tidak ada,namun karena sekara
ng saya sering melakukan,terkadang ada rasa ingin itu sendiri di tambah lagi uang yang saya dapat
cukup banyak,sehingga sering menjadi ketagihan
Pewawancara
: Berapa biasanya tarif yang di patok mbak?
Narasumber : Tergantung,kalau saya sendiri biasanya
Rp1.500.000 untuk baberapa jam,
Pewawancara : Bagai mana awalnya mbak masuk ke dunia
prostitusi ini sendiri?
Narasumber : Awalnya saya datang ke Medan dan tinggal ngekos di skitaran
medan ini, dan saya berniat mencari pekerjaan di Medan,
karena sulit mendapatkan pekerjaan dan saya harus memenuhi kebutuhan
hidup di sini,saya diajak oleh teman teman di kosan saya untuk melakukan hal
ini,awalnya saya tidak mau,namun karena keadaan saya semakin mendesak
menjadikan saya ikut dengan mereka,awalnya sih hanya ingin sekali saja,namun
kerana uang yang saya peroleh cukup besar sehingga menjadikan saya ketagihan
hingga sekarang sudah tiga tahun saya seperti ini,
Pewawancara : Bagaimana dengan Teman mbak yang mengajak mbak,apakah dia
sebulumnya telah terjun di dunia prostitusi ini sendiri?
Narasumber : Iya,tanpa sepengetahuan saya,ternyata dia sudah menjadi
pekerja di Medan ini,dan dia yang mengajak saya untuk tinggal bersama saat saya
datang ke Medan,
Pewawancara : Apakah sebelum ke Medan sudah mengenal dia?
Narasumber :Ya,dia salah satu orang yang saya kenal dikampung saya,
Pewawancara : Jadi sepengetahuan
mbak,kawan kawan mbak yang pekerja juga apakh mereka bersal dari Medan ini
sendiri?
Narsumber : Kalau untuk teman teman di tempat saya biasa nongkrong sih
dominan itu orang-orang pendatang,bukan warga asli medan ini sendiri,namun
untuk teman teman pekerja di tempat tongkrongan yang lain yang saya kenal
banyak juga yang dari Medan ini sendiri,dan itu dominan yang masih anak anak
sekolah seperti SMA dan ada beberapa yang SMP,
Pewawancara : Bagaimana biasanya mbak
mendapatkan tamu?
Narasumber : Kalau kami sih ada makelarnya,jadi ntar dia yang memeberikan
job dan kami tinggal datang saja,dan terkadang juga langsung ketemu di tempat
nongkrong,kalau yang seperti ini yang biasanya sudah langganan
Pewawancara : Sepengetahuan mbak untuk pekerja yang masih sekolah,biasanya
bagaimana mereka melakukan pekerjaan seperti ini?
Narasumber :Mereka tidak setiap hari nongkrong,biasanya mereka di tawarka
oleh kawan-kawan pekerja lain apabila ada tamu,dan terkadang juga pada
waktu-waktu seperti libur sekolah mereka juga ikut nongkrong,
Pewawancara : Apa yang melatar belakangi sehingga anak usia sekolah itu mau
melakukan hal ini?
Narasumber : Ya pasti karena bayaranya Mahal
Pewawancara : Kalau pelanggannya sendiri,biasanya dari kalangan apa mbak?
Narasumber : Biasanya orang-orang kaya,orang orang peperintahan,dan ada
juga untuk umuran yang masih lajang sepeti itu,
Pewawancara : Apakah mbak tidak takut akan penyakitnya mbak?
Narasumber ; Tidak sih,karna sudah biasa,
Pewawancara : Apakah mbak punya cita cita untuk masa depan mbak?
Narasumber : Untuk sekarang si belum,namun harapan saya agar keluarga saya
khususnya adik adik saya nantinya dapat sekolah dan bisa menjadi orang yang
berhasil,
Pewawancara : Kalau Dari mbak dwi sendiri,apakah mbak ada keinginan untuk
berubah?
Narasumber : Dari hati kecil saya rasa ingin berubah itu ada,namun karena
kondisinnya seperti perubahan itu masih sulit untk saya lakukan,ditambah saya
belum mendapat pekerjaan yang lebih mencukupi kehidupan saya,
Pewawancara : Mungkin mbak ada ngerasa malu atau apa gitu mbak?
Narasumber : ya rasa malu itu juga pasrti ada ya,namun karna sudah biasa
sehingga saya tidak terlalu memikirkan hal itu,
Pewawancara : Maaf sebelumnya mbak,apakah mbak tidak merasa bersalah atas apa
yang mbak lakukan,kan kita ketahui prostitusi ini sendiri merupakan salah satu
bentuk penyimpangan ?
Narasumber : Merasa bersalah sih ada,namun karena ini juga kebutuhan saya
untuk menghidupi keluarga saya dan menyekolahkan adik-adik saya mau bagaimana
lagi, sedanggakan pejabat aja yang udah kaya melakukan korupsi dan tidak
malu,dan dia juga yang menjadi tamu-tamu kami,
Pewawancara : mbak dwi,apakah keluarga mbak dikampung mengetahui pekerjaan mbak
ini?
Narasumber : tidak,kalau tahu pasti sangat kecewa mereka,
Pewawancara : Bagaimana pengalaman mbak dengan penertipan atau razia seperti
itu?
Narasumber : Kalau di Medan sendiri,selama tiga tahun ini saya bekerja
belum pernah saya mengalami razia,sehinggaa aman aman aja
Pewawancara : Baiklah mbak trimakasi sebelumnya atas meluangkan waktunya,dan
trimakasi juga atas informasi yang di berikan mengenai prostitusi ini sendiri.
Berdasarkan hasil observasi
diatas,kita ketahui bahwa praktek prostitusi itu sendiri sudah mewabah di
Masayarakat hingga menyerang anak anak yang masih menempuh jenjang pendidikan
tidak terkecuali di Kota medan.dan umumnya para pelaku praktek prostitusi ini
sendiri mengaku menikmati profesinya dan tidak merasa bahwa mereka merupakan
pelak penyimpangan sosial.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam kehidupan manusia, ekonomi adalah satul
penting dalam keberlangsugan hidup, sehingga banyak oraang melakukan apapun
termasuk melacurkan diri. Padahal kegiatan prostitusi adalah sebuah kegiatan
dimana masyarakat memandang hal tersebut melanggar nilai-nilai moral (perbuatan
tercela) disisi lain kegiatan tersebut dapaat di tolelir deminilai ekonomi,
karena hamper sebagian besar kegiatan ini bersumber dari kemiskinan.
Rendahnya
pendidikan iman, takwa dan moral bisa dijadikan alasan smakin menjamurnyan
kegiatan prostitusi. Dan tidak selalu perempuan terus dislahkan karedalam hal
ini selalu dipersalahkan , karena sebagai pelaku prostitusi, padahal banyak
lelaki yang memanfaatkannya.
B.
Saran
Perlunya mencari pendekatan manusiawi dengan tidak
selalu menyalahkan mereka yang terjun kedalam pelacuran karena pada dasarnya
mereka(para wanita) korban baik dari kekerasan, pemerkosaan dll. Dan kita memperlakukan mereka secara manusiawi.
Janganlah
kita melihat, menilai baik buruknya seseorang dari apa yang ia lakukan . urusan
benar salahnya , dosa-tidak dosa adalah urusan manusia denga Tuhannya.
Bagaimanapun , niat bertobat dalam hati para wanita yag dilacuran lebih patut
dihargai jika dibandingkan dengan para koruptor berdasi dihormati dan diam-diam
memakan uang rakyat banyak masyarakat bila digerakkan, dan bekerja sama dengan
pihak-pihak terkait akanmampu melkukan tindak pencegahan dan penanggulangan
periku prostitusi dilingkungannya.
D\aftar Pustaka
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Bandung, 1979.
http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/prostitusi-dan-permasalahnnya.html
HASIL OBSERVASI
PATOLOGI
SOSIAL
‘’ PROSTITUSI ’’
OLEH:
Kelompok IV
1. Ridho
Prawira 1122171003
2. Fikri
Rizky 1123171010
3. Evi C
Simanullang 1123171008
4. Meri
Sidauruk 1123171022
5. Nuryanti
Sinaga 1123171026
Dosen : Silvia Mariah H,M,Pd
Mata Kuliah : Patologi Sosial
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIMED
2013